Kamu mematung disana, berulang kali mebaca pesan hati yang terpampang dengan jelasnya. Hati yang pilu, tatapan sendu... air mata? Entah sejak kapan gumpalan itu bersanding padanya; bola mata yang akan selalu kuingat. Aku menatap figur terasing dalam hidupku. Entah asing atau tabu namun aku benci melihatnya.
Kamu tetap tak bergeming, dengan tatapan semakin sendu. Apakah sakit? Kukira kia kan menjadi baik-baik saja, selalu ada untuk satu sama lain. Rupanya perkiraan memang hanya imaji yang terkungkung dalam realita saja.
Entah kemana janji untuk menjaga silahturahmi menguap saat ini, berulang kali aku menghubungi nomor itu, berulang kali aku menemui manusia es yang menusuk dengan suara segan, berulang kali aku tertusuk, menghabiskan sisa waktu dalam sedu sedan yang tak tertahankan.
Inertia kenangan menghantamku dalam diam aku terdiam dalam pilu.
Sempat aku tergagap oleh hantaman itu; beban pikiran menghantui hati yang goyah, tekanan begitu kuat entah darimana menekan rasa dan asa, napas yang sesak, disfungsi anggota tubuh, serta penat yang tak tertahankan... apakah gila?
Kadang untuk menjaga sesuatu, kita harus melakukan segala cara.
Dan aku memutuskan untuk pergi atau terbang... demi menjaga kamu yang telah menghilangkan milikku yang pernah aku titipkan dulu; this immortal feeling.
No comments:
Post a Comment