Seorang perempuan sedang memandangi etalase toko perhiasan, di dalamnya ada sesuatu yang sangat menarik perhatian dirinya. Hampir setiap sore, setelah bekerja ia menghabiskan beberapa waktu di depan etalase yang sama. Walaupun salju menumpuk dan hari cukup gelap.
Di balik kaca etalase seorang pria, penjaga toko perhiasan itu, menyadari kedatangan rutin sang perempuan. Entah sejak kapan keberadaan perempuan itu menjadi penting, dimulai dari rasa penasaran yang begitu besar dan sebuah pertanyaan sederhana "Apakah yang begitu menarik perhatiannya?"
Setiap hari hal yang sama terulang, bahkan perempuan itu beberapa kali menghabiskan paginya di depan etalase yang sama. Hal ini membuat sang penjaga toko menjadi semakin penasaran. Rasa penasarannya berubah menjadi kebutuhan. Sampai suatu hari perempuan itu tidak terlihat lagi di depan toko. Hari -hari sang pria berikutnya diisi dengan rasa kehilangan yang begitu hebat, ia berusaha mencari perempuan itu. Tapi tak pernah berhasil..
Pada suatu hari perempuan itu melakukan rutinitasnya seperti biasa, melongok ke dalam toko perhiasan. Disana ia melihat sesuatu yang telah menarik perhatiannya beberapa waktu kebelakang, ia melihat senyum itu. Senyum yang setiap hari menjadi penyemangat hidupnya. Tapi senyum itu tidak untuk dirinya, dan senyum hari itu belum pernah dia lihat dan yang terindah. Senyum itu diperuntukan bagi perempuan lain, perempuan lain yang sedang tersenyum lalu menganggukan kepalanya pada saat si pria penjaga toko menunjukan sebuah kotak kecil yang berisi perhiasan tentunya. Perempuan itu pun ikut tersenyum, ia tidak tahu kapan ia memulai semua ini. Tapi ia tahu kapan harus berhenti. Walapun tidak tahu bagaimana caranya untuk berhenti.
Dan ia menyusuri jalan kecil yang tadi ia lewati, salju menumpuk disana. Ia memutuskan untuk kembali, pulang.
Pria itu masih menunggu di depan etalase setiap pagi dan sore, ia telah menyiapkan sebuah hadiah istimewa untuk sang pengunjung yang tidak pernah mempunyai keberanian untuk melangkah ke dalam tokonya. Sebuah hadiah yang ia pilih dengan seksama sampai meminta tolong kawan wanitanya. Walaupun pria itu tidak pernah gagal membaca selera para pelanggannya. Tapi untuk perempuan yang satu ini, ia begitu kehilangan akal.
dan salju masih terus turun di jalan kecil yang berkelok-kelok itu.
No comments:
Post a Comment