dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni,
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
Oleh Sapardi Djoko Damono
--
Puisi ini sangat terkenal, dan juga merupakan judul dari kumpulan puisi beliau yang dijadikan salah satu buku pelajaran untuk program IB yang saya ambil di SMA (beliau kebetulan salah satu examiner IB untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, sampai hari ini masih berharap yang periksa ujian saya beliau :p).
Pada waktu itu saya menyimpulkan puisi ini bercerita tentang cinta yang tak sampai. Hujan bulan juni (sesuatu yang sangat aneh untuk terjadi di Indonesia) melambangkan cinta yang datang pada waktu yang salah, namun ia membiarkan rasa cintanya sampai pada "pohon berbunga" secara diam-diam. Ada juga yang menafsirkan puisi ini sebagai cinta seorang ibu pada anaknya. Penafsiran bisa berbeda-beda dan banyak dan (mungkin) hanya sang penyair tahu makna sebenarnya.
Puisi ini bikin kangen. Puisi ini mengingatkan pada kelas bahasa Indonesia yang selalu cukup menyenangkan dibandingkan dengan yang lainnya dan puisi ini adalah puisi pertama yang benar-benar berhasil saya interpretasikan sampai habis. Tapi kelas bahasa Indonesia memang benar-benar ...
bikin kangen.
No comments:
Post a Comment