Pages

Monday, August 09, 2010

Madya

Madya melepaskan sendalnya dan perlahan kakinya menjejak di atas pasir yang lembut itu. Sore ini angin bertiup ke arah laut seperti dengan lembut menuntun Madya menuju laut. Laut pun sekiranya menerima kehadiran gadis itu, permukaannya tenang dan indah karena ada gradasi warna dari mentari yang siap tenggelam di ufuk timur sana. Madya mengeratkan oversized cardigan yang sedari tadi ia pakai. Tubuhnya bergetar pelan saat kakinya mulai basah karena menginjak pasir berair. Sesaat ia terdiam. Takut. Sebagian dari tubuhnya ingin kembali saja ke dalam namun sebagian lagi memaksanya untuk terus berjalan ke laut. Laut seperti memanggilnya melalui senandung magis nan lembut desiran air.

Madya melangkah lagi mendekati laut. Ingatan serasa mencekiknya. Ia seperti melihat sebuah film lama kembali berputar di kepalanya. Film yang tak akan pernah ia lupakan. Dadanya sesak, nafasnya mulai tidak beraturan. Tapi kalau ia terlihat goyah perempuan dibelakangnya akan segera memaksanya kembali untuk masuk dan Madya tidak mau hal itu terjadi lagi. Kesempatannya mungkin hanya sekarang. Tak ada yang dapat menakar usia seseorang, hanya Sang Pencipta yang dapat melakukannya. Matanya mulai berkaca-kaca. Takut. Madya melangkah sekali lagi, satu langkah lagi dan ombak akan menyergap hingga lututnya. Madya menutup matanya, melangkah, dan air menggapainya.

Madya pun berdamai dengan masa lalunya.

No comments: