"Tidak menyukai sesuatu sama buruknya dengan menyukai sesuatu, keduanya mampu mengikatmu." -- Tiya, Samarpan
Salah satu penyebab kenapa cinta dan benci seperti dua mata koin yang saling membelakangi adalah keduanya mengikat. Dalam ikatan ada interaksi dan perhatian--terlepas dari apakah itu negatif atau positif. Saya memutuskan untuk tidak membenci, alasan awalnya adalah karena saya tidak mau 'terikat' dengan orang-orang yang tidak saya sukai.
Ada satu masalah yang menyiram bibit-bibit kebencian, ini terasa pada saat saya mulai mengaitkan setiap hal dengan kejelekan orang itu. Namun seseorang menyadarkan saya dengan cukup keras hanya dengan satu kalimat penutup dari nasehatnya yang panjang,
"I know you're far better than that."
Berkubang di dalam emosi dan kemarahan karena merasa tidak dihargai memang lumrah dan manusiawi tapi mempunyai waktu tenggat. Semua hanya untuk menghindari hal-hal yang mungkin saya lakukan apabila terlalu lama berada di dalam situ, saya memutuskan untuk menjadi lebih baik dari itu. Bukankah takdir adalah bagian dari keputusan kita?
Saya bukan orang suci, saya tidak bisa membicarakan soal memaafkan atau mengikhlaskan sesuatu pada saat saya tidak yakin dengan itu semua. Lagipula, entah bagaimana caranya memaafkan tanpa diminta untuk sebuah persoalan yang cukup krusial dan besar? Mungkin ada pihak yang berharap waktu bisa menyembuhkan semua hal. Saya rasa tidak, waktu hanya meredam namun tidak pernah mematikan.
Satu hal yang pasti saya ingin berdamai dengan diri sendiri, saya tidak ingin menjadi manusia yang buruk hanya karena orang lain--terutama orang lain yang tidak saya sukai. Hal lainnya yang pasti, saya mungkin tidak mengerti semuanya tapi saya mempunyai cukup pengetahuan untuk memperingati orang lain untuk berhati-hati.
Lagi-lagi ini semua tergantung dari orang-orang ini untuk mau mendengarkan atau tidak. Lagi-lagi ada terlalu banyak fakta yang diputarbalikan di balik kapas harum manis. Menarik dan menggugah atau bahkan mungkin membuai, seperti mimpi.
Namun setiap mimpi mempunyai akhir, seperti halnya setiap tidur memiliki bangun. Ini saatnya untuk bangun.
No comments:
Post a Comment