'Mau ngomongin apa, sih? Kok, kayaknya penting banget?' Tanya Fostine pada Viena sambil menarik salah satu kursi kantin lalu mendudukinya.
'Bang, baksonya 2, ya. Pake sambel yang banyak.'
'Iya, Non.'
'Gini, tine.' Kata Viena memulai percakapan setelah bakso yang mereka pesan diantar. Fostine tidak menjawab.
'Kemaren pas gw lagi jalan sama anak-anak ke LaffWalk nga sengaja gw ngeliat Davi jalan sama cewek.' Viena terdiam sebentar, berusaha menangkap bakso bandel yang sedari tadi tidak mau ditusuk oleh garpunya. 'Tu cewek cantik banget, Tine.'
'So?'
'Kok, so sih, Tine? Kok, lo nga marah, sih? Udah wajib hukumnya lo marah ke cowok lo itu.'
'Lha, emangnya udah pasti banget kalo Davi itu selingkuh gitu dari gw? Siapa tau tu cewek sodaranya dia, atau siapanya gitu?' jawab Fostine tenang, sambil menuangkan lebih banyak lagi sambal ke dalam mangkuk baksonya.
'Nga mungkin, Tine. Kemaren mereka jalannya mesra banget. Davi merangkul cewek itu, udah gitu beberapa kali cewek itu cium Davi. Tine! Wake up! Sampe kapan, sih. Loe mau dibohongin terus sama Davi?? Ini udah kejadian yang ke 4 setelah lo sama dia resmi jadian.'
'Gw percaya sama Davi. Dia nga mungkin ngelakuin hal kayak gitu, I mean, selingkuh. Seperti yang loe pikir ini. Gw sayang dia dan gw butuh dia. Makanya, please, Vi! Jangan ngomong kayak gitu lagi tentang Davi.'
'Tine... Lo, lo kenapa, sih? Kok, lo jadi kayak mendewakan Davi gitu ? Sejak lo jadian sama Davi, lo nga pernah lagi ngumpul bareng anak-anak, lo jadi kayak orang lain bukan lagi Calista Fostine Gunawarman, lo jarang ketawa, lo jadi kayak jauhin gw, Shelly, dan Dian, bisa makan bareng di kantin kayak gini aja kayaknya susah banget buat lo, mesti minta ijin segala ke Davi. Lo tau nga, sih. Semua orang kangen sama lo, apalagi gw...' Mata Viena berkaca-kaca. Sambil menaruh selembar uang limaribuan di meja Viena berdiri, lalu berlari meninggalkan Fostine yang masih termangu di tempat duduknya, entah terkejut atau tersadar.
Apakah iya, Davi...
***
Hari ini Fostine memutuskan untuk pergi ke BlurryBurger, salah satu restoran fastfood favorit Fostine yang ada di pusat pertokoan LaffWalk. Ia memutuskan untuk pergi sendiri, tanpa mengajak siapapun. Ia ingin menenangkan hatinya, Fostine tak ingin mempercayai perkataan teman-temannya. Fostine percaya Davi.
Sejak jadian dengan Davi Fostine hampir-hampir tidak punya waktu lagi untuk dirinya sendiri. Setiap hari ia harus membuat tugas-tugas sekolahnya, belum lagi tugas-tugas sekolah Davi yang harus ia kerjakan karena si pemilik tugas sibuk berlatih Karate, selain tentunya meminta dengan muka innocent. Yang selalu membuat Fostine menerima tugas-tugas itu dengan senyuman.
Belum selesai berkutat dengan tugas-tugas itu, kadang Davi memaksa Fostine ke pesta-pesta tengah malam, yang diisi dengan berbagai asap rokok (Yang selalu membuat asma Fostine kambuh), minuman keras, dan orang-orang yang mabuk. Yang pernah membuat mereka bertengkar karena Fostine menolak Davi untuk pergi ke pesta seperti itu lagi.
Tapi tidak hari ini! Hari ini Fostine ingin bebas, dari tugas-tugas, dari gosip tentang Davi, dan dari Davi. Sebelum ke BlurryBurger, Fostine sudah belanja beberapa baju di Boxyliv distro favoritnya, juga pergi ke Dreamwurld Bookstore, membeli beberapa teenlit yang sudah lama ingin dibelinya.
Setelah memesan Double Chesse Burger Plain, Curl Fries, dan milkshake vanilla (Tentu menu favoritnya juga) Fostine berjalan menuju ke tempat duduk di ujung beranda, dekat dengan jendela yang membuatnya dapat melihat pemandangan taman di tengah LaffWalk. Yang diisi dengan berbagai macam bunga, dan terdapat kolam kecil yang kata orang adalah Wishing Well (Yang menurut Fostine adalah kenyataan, karena beberapa keinginannya yang diucapkan di kolam itu terjadi, salah satunya, ditembak Davi).
Yaahh... udah ada yang dudukin, tuh. Pikir Fostine kecewa karena melihat sudah ada pasangan yang duduk di tempat favoritnya itu. Mereka pake acara cium-ciuman lagi, yuck! Ini kan tempat umum.
Gw sama Davi aja nga segitunya. Tapi, tunggu.
Bukannya itu... Davi!?? Dan... Cewek itu, berambut tebal, ikal, berwarna kecoklatan. Cewek yang selalu diceritain sama Viena, Dian ataupun Shelly. Fostine lemas seketika, pikirannya kacau, antara marah, kecewa, dan merasa menyesal. Lalu menaruh pesanannya di meja terdekat. Berjalan menuju pasangan itu.
'Fos...Fostine?' Davi tergagap saat melihat Fostine yang sudah berdiri di sampingnya.
'Siapa, Vi?' Tanya cewek berambut ikal kecoklatan itu sambil memainkan rambutnya.
Dasar kegenitan!
'Ke... kenalin, Tine. Ini.. ini...' Davi masih tergagap sambil berdiri.
Fostine tidak menjawab apa-apa.
PLAKK!!
Beberapa orang melihat ke arah mereka, Davi memegang pipinya yang memerah karena ditampar Fostine.
'Lo keterlaluan, Vi...' Kata Fostine pelan berusaha menahan emosinya sambil berlari ke pintu keluar, menuju ke tempat parkiran.
'Fostine!!' diantara tangisannya Fostine masih mendengar Davi memanggilnya, namun rupanya Davi tidak mengejarnya. Dan, membuat Fostine semakin kecewa.
Ternyata! Semua yang Dian, Shelly ataupun Viena bilang itu bener, Davi emang selingkuh, dia selingkuh dari gw! Kenapa selama ini gw mau aja nurutin semua kemauan dia, kenapa gw percaya sama dia yang bilang kalo temen-temen gw itu sebenernya pembohong 'Mereka ngedeketin kamu cuma karena uang kamu, Tine. Kalo aku jadi kamu, sih. Aku nga mau bertemen sama mereka.' Davi jugalah yang melarang Fostine untuk pergi ke acara-acara sosial yang sangat disukainya, 'Jangan jadi sok malaikat gitu, lah.' Katanya. Gw nyesel! Batin Fostine sambil menangis di dalam Jazz merahnya.
Setelah lumayan tenang, tanpa berpikir lebih panjang lagi Fostine segera mengendarai Jazz-nya ke arah rumah Viena. Sampai di rumah Viena, Fostine langsung masuk ke kamar Viena, ternyata di sana ada Dian dan Shelly. Fostine lalu teringat ajakan teman-temannya itu untuk mengadakan Slumbber Party di rumah Viena (Yang ditolak Fostine dengan alasan bahwa ia harus mengerjakan tugas deadline Kording sekolahnya).
'Fostine? Lo kenapa, sayang?' tanya Shelly cemas, karena melihat Fostine yang langsung menangis sewaktu melihat Viena.
'Ter...Ternya..Ta...' Fostine tergagap salam tangisnya.
'Mending lo tenang dulu, deh.' Kata Dian.
'Gw ambilin minum, ya?'
Fostine mengangguk.
Tak lama Viena kembali, membawa segelas air putih.
Fostine yang sudah lebih tenang, lalu menceritakan apa yang dilihatnya di BlurryBurger. Teman-temannya mendengarkan dengan seksama.
'Kelewatan, Davi itu...' Komentar Viena sedikit emosi.
'Sekarang mendingan lo tenang dulu, Tine.' sambung Dian.
'Gw nyesel, nyesel banget.' Jawab Fostine lemah.
'Ya, udah yang penting sekarang lo udah tahu gimana Davi itu sebenernya, jadinya sekarang lo nga bakal dibohongin lagi sama dia.'
'Tapi, kalo nga ada dia. Gw...' lanjut Fostine masih dengan suara lemah.
'Lagian lo nga sendirian, kok. Kan masih ada kita.'
'Iya, kita semua ada di sini untuk lo, kapanpun lo butuh bantuan pasti kita bantuin.'
'Tine, gimana kalo ikutan Slumbber Party kita aja? Kita kayaknya masih kekurangan orang, nih.' Tawar Viena ceria.
Fostine tersenyum lemah. Tanda setuju.
Ia memang menyesali semuanya, segala kebodohan, dan karena ia tak percaya pada teman-temannya. Tapi juga bersyukur pada Tuhan, karena telah diberikan suatu berkah yang tak tertandingi nilainya. Ya, Persahabatan.
--
cerita ini dimuat di Story of The Month versi blog Sitta Karina November 2005
'Ke... kenalin, Tine. Ini.. ini...' Davi masih tergagap sambil berdiri.
Fostine tidak menjawab apa-apa.
PLAKK!!
Beberapa orang melihat ke arah mereka, Davi memegang pipinya yang memerah karena ditampar Fostine.
'Lo keterlaluan, Vi...' Kata Fostine pelan berusaha menahan emosinya sambil berlari ke pintu keluar, menuju ke tempat parkiran.
'Fostine!!' diantara tangisannya Fostine masih mendengar Davi memanggilnya, namun rupanya Davi tidak mengejarnya. Dan, membuat Fostine semakin kecewa.
Ternyata! Semua yang Dian, Shelly ataupun Viena bilang itu bener, Davi emang selingkuh, dia selingkuh dari gw! Kenapa selama ini gw mau aja nurutin semua kemauan dia, kenapa gw percaya sama dia yang bilang kalo temen-temen gw itu sebenernya pembohong 'Mereka ngedeketin kamu cuma karena uang kamu, Tine. Kalo aku jadi kamu, sih. Aku nga mau bertemen sama mereka.' Davi jugalah yang melarang Fostine untuk pergi ke acara-acara sosial yang sangat disukainya, 'Jangan jadi sok malaikat gitu, lah.' Katanya. Gw nyesel! Batin Fostine sambil menangis di dalam Jazz merahnya.
Setelah lumayan tenang, tanpa berpikir lebih panjang lagi Fostine segera mengendarai Jazz-nya ke arah rumah Viena. Sampai di rumah Viena, Fostine langsung masuk ke kamar Viena, ternyata di sana ada Dian dan Shelly. Fostine lalu teringat ajakan teman-temannya itu untuk mengadakan Slumbber Party di rumah Viena (Yang ditolak Fostine dengan alasan bahwa ia harus mengerjakan tugas deadline Kording sekolahnya).
'Fostine? Lo kenapa, sayang?' tanya Shelly cemas, karena melihat Fostine yang langsung menangis sewaktu melihat Viena.
'Ter...Ternya..Ta...' Fostine tergagap salam tangisnya.
'Mending lo tenang dulu, deh.' Kata Dian.
'Gw ambilin minum, ya?'
Fostine mengangguk.
Tak lama Viena kembali, membawa segelas air putih.
Fostine yang sudah lebih tenang, lalu menceritakan apa yang dilihatnya di BlurryBurger. Teman-temannya mendengarkan dengan seksama.
'Kelewatan, Davi itu...' Komentar Viena sedikit emosi.
'Sekarang mendingan lo tenang dulu, Tine.' sambung Dian.
'Gw nyesel, nyesel banget.' Jawab Fostine lemah.
'Ya, udah yang penting sekarang lo udah tahu gimana Davi itu sebenernya, jadinya sekarang lo nga bakal dibohongin lagi sama dia.'
'Tapi, kalo nga ada dia. Gw...' lanjut Fostine masih dengan suara lemah.
'Lagian lo nga sendirian, kok. Kan masih ada kita.'
'Iya, kita semua ada di sini untuk lo, kapanpun lo butuh bantuan pasti kita bantuin.'
'Tine, gimana kalo ikutan Slumbber Party kita aja? Kita kayaknya masih kekurangan orang, nih.' Tawar Viena ceria.
Fostine tersenyum lemah. Tanda setuju.
Ia memang menyesali semuanya, segala kebodohan, dan karena ia tak percaya pada teman-temannya. Tapi juga bersyukur pada Tuhan, karena telah diberikan suatu berkah yang tak tertandingi nilainya. Ya, Persahabatan.
--
cerita ini dimuat di Story of The Month versi blog Sitta Karina November 2005
No comments:
Post a Comment