Pages

Monday, June 19, 2006

No Fruits For Today

Bab I
Meety Mango

“Yang ampun, Rysta! Itu kan si garis-garis yang tadi!!!” bisik Shamu setengah histeris, sambil terus memandangi panggung.

“Apa? Garis-garis apa?” Jawab Rysta sambil mengikuti arah pandang Shamu.

“Haduh, itu sebelah lo!!” lanjutnya masih pada bisikan dengan nada exited yang sama. Ni anak ngomongin apa sih? Perasaan personilnya Sore nga ada yang pake baju garis-garis, deh. Ada juga polkadot!

Sore itu, Rysta dan Shamu sedang berada di Cendrawasih Room, JCC, menyaksikan pertunjukan band jazz lokal, Sore. Di JCC sedang diadakan Jakarta International Jazz Festival yang menghadirkan band-band jazz lokal ataupun internasional. Rysta dan Shamu mendapatkan tiketnya gratis mereka dari Om Shamu yang bekerja di BubbleCoke, perusahaan minuman soda kaleng yang menjadi salah satu sponsor utama penyelenggaraan JIZVal ini.

“Eh, maksud gw bukan Sore-nya tapi orang di sebelah lo yang pake baju garis-garis!” bisik Shamu lagi saat melihat Rysta kebingungan sendiri. Rysta menoleh ke sebelah kirinya. Hm, pantesan... tipenya Shamu banget, batin Rysta. Di sebelah Rysta berdiri seorang cowok berpotongan sedang, dengan kaos garis-garis vertikal putih-hitam, celana jeans belel, tas selempang distro, dan sepatu converse. Tipe anak selatan (anak-anak yang gaul di daerah jakarta selatan, mereka memiliki ciri khas khusus dalam style dan tempat tongkrongan favorit) yang anehnya ternyata ngerti juga band-band yang slow kayak Sore gini. Biasanya kan... apalagi selain Emo, Punk, atau Pop?
Rysta ingat sekarang, Shamu emang udah berisik dari tadi tentang cowok garis-garis ini sejak mereka nonton Drewl (Wah, bahkan dia suka Drewl? Band acidjazz itu? ok juga.) tapi Rysta tidak terlalu memperdulikannya, dia sibuk melihat jadwal pertunjukan dan sesekali mengiyakan kata-kata Shamu.

Rysta melirik Shamu sesaat. Sedang berusaha tampak serius mendengarkan Sore, padahal Rysta tahu ia tidak begitu cocok dengan lagu-lagunya Sore yang sebenernya nga gitu beda sama White Shoes&The Couples Company, band yang disukai Shamu. Huh, dasar jaim! Konyol tapi lucu juga, pikir Rysta, ngapain sih repot-repot jaim segala... kalo mau kenalan ya, langsung aja ajak ngobrol. Ah, males urusin Shamu, mendingan ke deket panggung, deh.

Rysta menembus orang-orang yang ada di depannya, tubuhnya yang mungil membuatnya sedikit kesulitan, ia tahu Shamu di belakangnya pasti sedang menatap kepergiannya dengan tatapan panik dan hopeless. Saat sedang menikmati lagu No Fruits For Today, dan dengan perasaan senang campur lega berhasil meninggalkan Shamu dan kebawelannya. Rysta melihat dua orang berpelukan di ujung panggung...

“...see it thru, me and you...”

Tepatnya si cewek yang memeluk cowoknya. Dari gesturnya si cowok terlihat risih.

“...I love you when you love me,...”

Dan, Rysta mengenal betul si cowok dan cewek itu. mereka. Aga dan Avelli. Lagi?

“...and we’re gonna make a big family...”

Beberapa saat dada Rysta terasa sesak, dan air mata memenuhi kelopak matanya. Ia segera berlari ke belakang, menuju pintu masuk.

“Rys?” tanya Shamu bingung ketika Rysta melintas di depannya. “Lo—”

“Gw mau ke WC, lo di sini aja. Bentaran juga balik, kok.” Kawab Rysta tanpa memberi Shamu kesempatan untuk menyelesaikan kalimatnya.

Shamu terdiam. Ia tak mengerti apa yang harus ia lakukan, tapi, paling baik adalah membiarkan Rysta sendiri dulu, pikirnya. Lagian dia juga lagi sibuk ccp sama cowok di sebelahnya ini, hehe.

Rysta terhenti di pojok ruangan yang gelap itu. nga ada gunanya juga ke WC yang penuh sesak begitu, yang ada semua orang malah memperhatikan air mata yang tak bisa berhenti mengalir dari matanya itu pelan-pelan tubuhnya nelemas dan Rysta pun terduduk di pojok ruangan itu. pikirannya dipenuhi oleh berbagai memori yang berlalu seperti film tua yang speakernya sudah rusak, membuat berbagai macam keriuhan di kepala Rysta. Aga...

Bruk!

Seseorang duduk secara tiba-tiba di sebelah Rysta. Rysta hampir terlonjak sangking kagetnya, rupanya sesaat ia melupakan keadaan sekitarnya karena terlalu memikirkan masa lalunya. Ia melirik orang yang duduk secara tiba-tiba di dekatnya. Kalo nga salah, cowok ini kan yang berdiri di belakangnya si garis-garis, pikir Rysta. Ia buru-buru menghapus air matanya. Rysta tahu, cowok di sebelahnya sedang memperhatikannya, dan membuatnya semakin risih.

“Lo... nga apa-apa?” tanya cowok stranger itu pelan sambil mengulurkan tisu kepada Rysta.

Rysta hanya tersenyum pahit, menggeleng sambil menerima tisu itu, lidahnya masih terasa sulit untuk digerakan. Kelu.
Sesaat Rysta melihat sepertinya cowok itu tersenyum simpul.

“Hei, kalo cewek duduk sendirian, mojok, udah gtu gelap-gelapan bisa dikirain yang aneh-aneh, lho...” katanya sambil membetulkan posisi duduknya menjadi semakin berantakan.

Rysta tertawa. Ternyata ia sangat membutuhkan orang lain, buktinya komentar yang sebenarnya tak terlalu lucu saja dapat membuatnya tertawa seperti itu.

“Huff... ternyata lo bisa juga ketawa ya? Sore lagi manggung kok malah lari ke belakang.”

“Yah, kalo mau ke WC gimana?”

“Iya, tapi ini bukan jalan ke WC. Gw kira lo salah jalan ato gimana.”

Rysta tersenyum. Heran juga, kenapa ngobrol dengan orang yang tak dikenalnya ini dapat membuat beban di atas kepalanya menghilang.

“Eh, bentar ya. Stay here 5 minutes aja! Please?” tanya cowok itu pada Rysta yang hanya dijawabnya dengan anggukan. Anggukan bingung.

Lalu cowok itu berlari keluar ruangan, dan tidak sampai 5 menit kemudian dia sudah kembali lagi membawa 2 cup minuman panas, kembali duduk di sebelah Rysta.

“Nih, untuk lo.” Katanya sambil menyerahkan salah satu cup minuman panas itu.

“Eh? Beneran? Tapi,...” Kata Rysta masih bingung dengan tingkah laku orang dihadapannya ini. tapi si cowok itu malah menarik tangan Rysta lalu meletakan cup itu di atasnya.

“Gee, thanks.” Jawab Rysta. Tulus.

“Sama-sama.” Jawab si cowok sambil meminum bagiannya. Sore sedang melantunkan lagu Somos Libres.

“Walo rada kepaksa juga.” Kata Rysta iseng. Setengah pengen tahu reaksi stranger yang so(k) baik di hadapannya ini setengah emang iseng aja.

Cowok itu mendelik Rysta. Membuat Rysta tertawa lagi dalam hati kali ini, lalu ia meminumnya. Mmm... Caramel Latte.

“Kepaksa tapi diminum juga tuh.” Balas si cowok.

“Dasar!” Rysta terpojok sendiri. Rysta baru memperhatikan cowok ini, lho? Ini kan si cowok garis-garis yang dari tadi diperatiin sama Shamu. Haha gimana ya reaksinya Shamu kalo dia tau cowok ini lagi duduk barengan Rysta di pojok ruangan, pake acara nraktir Caramel Latte segala lagi! Udah kayak baru pertama kali ktemu sama Aga aja... aga? Ingatan Rysta kembali lagi ke saat itu...

No comments: