Pages

Sunday, March 06, 2011

Rinai

Lagi-lagi orang itu datang. Entah sejak kapan aku akhirnya menyadari kehadirannya. Dia tidak pernah masuk ke dalam, hanya berdiri mematung berusaha mengintip dari balik jendela kecil yang ada di pintu. Hal itu membuatku risih karena ia akan menatapku berjam-jam, lalu pergi pada saat aku berpura-pura tertidur. Entah beberapa kali dalam sehari aku haru berpura-pura hanya untuk membuatnya pergi!

Pada waktu aku berjalan-jalan di taman pun ia akan mengikutiku, duduk di kursi kayu yang terdekat denganku. Aku tahu dari ekor matanya ia memperhatikan gerak-gerikku. Sudah berkali-kali aku melaporkan orang ini, tapi sepertinya tidak seorang pun menganggap dia ini berbahaya. Memang orang-orang ini kadang susah dipahami, aku tidak mengerti lagi jalan pikir mereka.

Sayangnya, aku harus tinggal bersama mereka hanya untuk dapat melihat anakku, Tama. Mereka pun sangat pelit, menetapkan waktu bertemu tertentu dengan anakku. Hei! Tidak ada seorang pun di dunia ini yang berhak memisahkan seorang ibu dari anaknya tahu! Ah tapi sudahlah, toh mereka selalu menjaganya dengan baik. Aku sudah pernah kehilangan bayiku yang pertama, yang ini akan kujaga sampai mati.

Ah! Sudah waktunya ternyata seseorang membawakan bayiku. Seperti biasanya, dia hanya terdiam dan tersenyum. Memang lucu sekali dia. Si orang misterius itu memang sangat aneh. Air matanya mengalir setiap kali aku sedang bermain dengan bayiku. Mungkin aku harus melaporkannya sekali lagi. Keberadaannya sudah menjadi ancaman sendiri bagiku.

--

‘Pak, waktu jenguknya sudah habis.’ Aku hanya mengangguk ringan menanggapi panggilan itu. Mataku terus menatap ibuku yang terlihat sangat bahagia bermain dengan bonekanya. Air mataku tidak henti-hentinya mengalir.

‘Pak Tama, sudah waktunya.’ Sekali lagi perawat itu memanggil. Aku hanya bisa menghela nafas panjang sambil berjalan menyusuri lorong yang didominasi warna putih itu.

Aku tidak mati, Bu. Belum..

No comments: