Pages

Tuesday, November 20, 2012

awan dan nafas


Kamu adalah semuanya. Semua detik, semua rasa, semua sentuhan, dan semua yang bisa dijangkau. Semua yang telah kita lewati di balik asap pekat dan peluh yang penuh dengan lenguh. Hari-hari yang penuh dengan petualangan ala anak muda. ‘Hidup hanya sekali, kawan! Mari kita rengkuh semua!’ Bersamamu adalah menghapus kata bosan dari kamusku. Setiap hari kita terbang tinggi hingga awan ke Sembilan atau bahkan sepuluh dengan bibir-bibir yang tak pernah berhenti mengulum satu sama lain. Malam-malam di bawah hujan kerlap-kerlip lampu dan musik yang memekakan telinga.

Siapa peduli, kita bahagia!

Bersamamu semuanya terasa mudah. Semua amarah menguap bersama kepulan-kepulan asap bulat dengan teknik yang kita ciptakan. Semua hasrat mengalir bersama dengan ranjang yang berderik. Kertas-kertas kecil dan serbuk-serbuk itu berterbangan ikut menari-nari bersama kita.

Sampai awan pekat tadi buyar dan peluh tak lagi melenguh.

Titik itu hitam lalu putih lalu semburat abu. Kita masih melayang, namun kaki mengakar dan melapuk. Ketidakabadian menjamah serta merta menggerogoti semua yang kita punya. Bukannya kita bahagia? Tanyaku pada bayangmu yang menjauh. Lalu merah. Dalam kesunyian yang gaduh dan sembab, menetes begitu saja. Setetes, dua tetes, tiga…

Tetes terakhir mendarat. Dua burung gagak terbang menjauh dengan gegap gempita, dua jiwa ikut melayang bersama mereka. Jiwa yang tersisa sudah kuyu, akarnya tak mampu lagi menopang tubuh yang tak hidup. Kita bahagia. Kita bahagia. Kita pernah bahagia. Bibir keriput itu menjerit, tubuh ceking itu merajuk dengan udara. Kita selalu bahagia pada saat asap mengepul, birahi memuncak, dan bubuk bertaburan. Kita terbang, kita basah, kita mengerang. Kita..


semu.

Apakah kita pernah bahagia?



--
Ini adalah tulisan pertama saya yang terasa dewasa. Mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan atau keberatan, sesuai perjanjian kita hanya bisa bertukar kata apabila kacamata kita sama. Tulisan ini lahir dari seseorang yang sangat menginspirasikan saya, tidak ada jiwa yang melayang bersama gagak tentunya (untungnya), tapi ada banyak silaturahmi yang terkikis atau bahkan putus.

4 comments:

himynameismerry said...

i love this one. baguuus. :') keep on writing!

Unknown said...

terima kasih :)

Anonymous said...

bagus...:)
cerdas..
terus nulis ya..ditunggu tulisan selanjutnya..

Aqessa Aninda said...

baru mau bilang dewasa. tp suka kok. :)